TAFSIR SURAH AL-FATIHAH AYAT 5 BAHASA INDONESIA



Sebagaimana yang telah dijelaskan di tulisan awal, bahwa penulis mengikuti pendapat Imam al-Syafi’i dalam hal tertib ayat surah al-Fatihah. Maka, surat ke-limanya adalah:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.

Secara sepintas lalu ayat ini dapat dipahami sebagai bentuk “ikrar” seorang muslim bahwa ia tidak menduakan Allah swt, baik dalam hal Ibadah maupun memohon pertolongan. Namun demikian, bagaimana penafsiran ulama tentang ayat ini?

Berikut penjelasan singkat dari beberapa kitab tafsir:

Menurut al-Baghawi dalam kitab Ma’a>li>m al-Tanzi>l fi> Tafsi>r al-Qur’a>n, maksud lafadz na’budu adalah nuwah}h}iduka wa nu’t}i>ka (mengeskan Engkau dan menaati Engkau).[1] Artinya ketika kita membaca lafadz iyya>ka na’budu berarti kita mengikrarkan diri sebagai muslim yang mengesakan Allah swt dan siap mentaati semua perintah untuk beribadah dan menjauhi segala larangan-Nya.  

Kemudian apakah yang dimaksuk dengan ‘ibadah atau penyembahan?

Masih menurut al-Baghawi, ia mendefinisikan ibadah dengan al-t}a>’ah ma’a al-tad}allul wa al-khudu>’[2] yakni bentuk ta’at yang disertai dengan rasa hina lagi hormat. Kesadaran akan kehinaan diri sebagai hamba yang tidak memiliki daya upaya harus kita hadirkan ketika menghadap beribadah kepada Allah swt. Sebab seseorang disebut “hamba” (dalam istilah Arab ‘al-Abd) dikarenakan ia kehinaan dan kepatuha-Nya. Oleh karena itu, jika kita mendaku diri sebagai hamba yang Allah swt, maka jelas kita harus merasa hina dihadapan-Nya serta mematuhi segala perintah-Nya.

Apalagi menurut Izzu al-Di>n bin ‘Abd al-Sala>m dalam kitab Tafsi>r al-Qur’a>n menyatakan bahwa ibadah merupakan bentuk tertinggi dari penghormatan dan tidak ada yang berhak akan hal ini kecuali Allah swt.[3] Hal ini kemudian menjadi maklum, ketika ayat iyya>ka na’budu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan “Hanya kepada Engkau kami menyembah”.

Berikutnya potongan ayat iyya>ka nasta’in (hanya kepada Engkau kami memohon pertolongan). Imam Jala>l al-Di>n al-Mahalli menjelaskan maksud potongan ayat ini dengan nat}lubu al-ma’unah ‘ala al-‘ibadah wa ghairuh.[4] Maksudnya meminta pertolongan baik dalam hal Ibadah maupun di luar ibadah.

Hal ini selaras dengan satu riwayat yang dikutip oleh Jalal al-Di>n al-Suyuti dalam kitab al-Dur al-Manthu>r merujuk kepada Ibn Jari>r. Bahwa Iyya>ka nasta’in maksudnya adalah nasta’in ‘ala t}a’ah wa ‘ala umurina> kulliha> [5] yakni memohon pertolongan agar dapat melakukan ketaatan dan memohon pertolongan atas segala problematika kita. Artinya baik aspek ibadah maupun non-ibadah hati kita harus selalu memohon pertolongan kepada Allah.

Jika kemampuan ibadah dan kemudahan urusan hidup kita karena pertolongan Allah swt, maka kenapa kadang kita masih menanggap hina orang lain yang nampak belum shalih?
Wallahu’alam bishawab

Bagipara pembaca yang hendak mendapatkan kitab-kitab rujukan di atas dalam bentuk pdf,bisa tulis di kolom komentar.



[1]Imam Al-Baghawi, Ma’a>lim al-Tanzi>l fi Tafsi>r al-Qur’a>n  juz 1 (Bairut: Dar Ihya>’ al-Thurath, 1420 H hal, 75

[2]Ibid

[3]Izzudin Bin Abd Salam, Tafsi>r al-Qur’a>n (wa huwa iktisha>r litafsi>r al-Mawardi), juz 1, (Bairut: Dar Ibn Hzm, 1996 )hal 91

[4] Jaludin al-Mahalli wa Jalaludin al-Suyuti, Tafsir al-Qur’a>n al-Kari>m aw Tafsi>R Jala>layn. juz 1 (Kairo: Da>r al-Hadith,tth),hal 2.

[5]Jala>ludin al-Suyuti, al-Dur al-Manthu>r, (Bairut: Da>r al-Fikr, tth), hal 37 

Comments