on
asbab nuzul
- Get link
- X
- Other Apps
Sekilas Pandang Tentang Tafsir al-Qurtubi
Judul lengkap Tafsir al-Qurtubi adalah
"al-Jāmi’ li Ahkām al-Qur’ān wa al-Mubayyin limā Tadlammanah min al-Sunnah
wa Āy al-Furqan." Nama ini berasal dari Imam Al-Qurtubi sendiri, seperti
yang ia tegaskan dalam pengantar tafsirnya. Dari namanya, kita dapat memahami
bahwa buku ini berisi kumpulan hukum-hukum dari Al-Qur'an dan penjelasan
tentang kontennya dari Sunnah dan ayat-ayat Al-Qur'an. Tafsir ini merupakan
salah satu tafsir yang paling lengkap dalam menggabungkan aspek-aspek fiqih
dari berbagai madzhab pada zamannya. Selain itu, perhatiannya terhadap
masalah-masalah seperti qira’at, i’rab, ilmu Nahwu, dan Balaghah, serta
nasikh-mansukh juga sangat mendalam.
Sebelum memulai penjelasan terhadap ayat-ayat
Al-Qur'an, Al-Qurtūbī memulai dengan sebuah pengantar yang membahas berbagai
aspek cara berinteraksi dengan Al-Qur'an. Pengantar ini mencakup beberapa bab
yang terkait dengan ulūmal-Qur’ān, seperti:
1. Keistimewaan dan keutamaan Al-Qur'an,
anjuran-anjuran yang terkandung di dalamnya, serta keutamaan bagi mereka yang
mempelajari, membaca, mendengarkan, dan mengamalkannya.
2. Tata cara membaca Al-Qur'an, anjuran untuk
mengajar Al-Qur'an, dan peringatan untuk menjauhi sifat riya'.
3. Etika membawa Al-Qur'an dan tindakan yang
harus diambil untuk menghormati Al-Qur'an.
4. Pembahasan tentang tujuh huruf, sejarah
pengumpulan Al-Qur'an, susunan surat dan ayat-ayatnya, serta berbagai hal lain
yang berkaitan dengan ilmu ulūmal-Qur’ān.
Setelah itu, Al-Qurtubi memberikan bab-bab
khusus yang membahas masalah al-isti’ādah (mencari perlindungan Allah) dan
al-basmalah (pembukaan dengan menyebut nama Allah). Dalam bab al-Isti’ādah,
Al-Qurtubī membahas dua belas masalah yang terkait dengannya, sedangkan dalam
bab al-Basmalah, ia membahas dua puluh masalah yang terkait dengannya juga.
Terdapat bab tersendiri untuk membahas
al-basmalah dalam tafsir al-Qurtubi, dan hal ini menunjukkan bahwa al-Qurtubi
termasuk dalam kelompok ulama yang berpendapat bahwa al-basmalah tidak termasuk
bagian dari surat al-Fatihah. Pendapat ini disampaikan oleh al-Qurtubi karena
ia menganggap bahwa dalil yang mendukung pandangan ini lebih kuat daripada
pendapat yang menyatakan bahwa al-basmalah merupakan bagian dari surat
al-Fatihah.
Setelah memberikan pengantar, al-Qurtubi
memulai penafsiran ayat-ayat al-Qur'an sesuai dengan urutan surat dan ayat
dalam mushaf. Secara umum, pendekatan penafsiran al-Qurtubi adalah sebagai
berikut:
1. Menyebutkan keutamaan atau keistimewaan
surat Al-Qur'an yang akan dibahasnya. Ini adalah langkah rutin yang dilakukan oleh
al-Qurtubi setiap kali memasuki surat dalam Al-Qur'an. Dalam tahap ini, ia juga
membahas nama-nama surat tersebut, sejarah turunnya surat, dan mengkaji
hukum-hukum yang terkandung dalam ayat-ayat yang akan dibahas.
2. Menyebutkan sebab turunnya ayat-ayat yang
memiliki sebab turun yang diketahui.
3. Menyebutkan ayat-ayat lain yang memiliki
kaitan dengan ayat yang sedang dibahas, serta hadis-hadis Nabi yang relevan,
dengan mencantumkan sumber-sumbernya sebagai referensi.
4. Memberikan analisis dari segi bahasa,
sering kali menggunakan syair-syair Arab sebagai referensi linguistik.
5. Mengutip pendapat-pendapat ulama dengan
mencantumkan sumber-sumbernya sebagai alat untuk menjelaskan hukum-hukum yang
berkaitan dengan topik yang sedang dibahas.
6. Mendiskusikan pendapat-pendapat ulama
dengan memberikan argumen masing-masing, dan kemudian melakukan tarjih atau
penilaian untuk memilih pendapat yang dianggap paling kuat atau benar.
Ini adalah pendekatan umum yang digunakan oleh
al-Qurtubi dalam penafsiran Al-Qur'an dalam tafsirnya.
Sebagai contoh untuk mengilustrasikan
pendekatan Imam al-Qurtubi dalam menafsirkan Al-Qur'an, mari kita lihat
bagaimana ia menjelaskan surat al-Fatihah. Imam al-Qurtubi membagi penafsiran
surat al-Fatihah menjadi empat bab yang berurutan:
1. Bab pertama membahas tentang keutamaan
surat al-Fatihah dan nama-nama yang digunakan untuk menyebut surat ini.
2. Bab kedua mengulas sebab turunnya surat
al-Fatihah dan membahas dua puluh masalah hukum fiqih yang berkaitan dengan
surat ini, serta memaparkan banyak hadis sebagai bukti dan rujukan.
3. Bab ketiga fokus pada topik ta’mīn (membaca
amin) dalam surat al-Fatihah, dengan membahas delapan permasalahan terkaitnya.
4. Bab keempat mendalami isi surat al-Fatihah
dari berbagai aspek, termasuk pemaknaan, qira’at (cara membaca), i’rab
(analisis tata bahasa), dan keutamaan bagi mereka yang mengucapkan surat ini.
Dalam bab ini, Imam al-Qurtubi menghadirkan tiga puluh enam masalah terkait.
Dalam kasus penafsiran surat al-Baqarah,
al-Qurtubi memulai dengan membahas sebab turunnya surat tersebut dan
mengungkapkan keutamaannya. Ia mendukung argumennya dengan merujuk pada banyak
hadis sebagai bukti dan rujukan. Setelah itu, ia masuk ke dalam pembahasan
ayat-ayat surat al-Baqarah dengan mendiskusikan permasalahan-permasalahan yang
terkandung di dalamnya. Dalam tahap ini, ia memaparkan pendapat-pendapat ulama
dengan mencantumkan argumen masing-masing dari ulama tersebut. Terakhir, Imam
al-Qurtubi melakukan tarjih (penilaian) untuk menentukan pendapat yang
menurutnya paling kuat atau benar di antara berbagai pendapat yang telah
diajukan.[1]
Metodologi Tafsir al-Qurtubi
Dari penjelasan umum mengenai sistematika dan
langkah-langkah penafsiran yang dilakukan oleh al-Qurtubi, dapat diidentifikasi
metode, karakteristik, dan corak penafsiran yang digunakan olehnya dari
beberapa aspek berikut:
1. Sumber
Penafsiran
Dilihat dari sumber-sumber penafsirannya,
al-Qurtubi sering mengacu pada ayat-ayat lain dalam Al-Qur'an dan hadis-hadis
Nabi yang relevan dengan ayat yang sedang diajukan dalam penafsirannya. Selain
itu, ia sering memberikan analisis linguistik dengan merujuk pada syair-syair
Arab sebagai sumber referensinya. Dari segi ini, dapat disimpulkan bahwa metode
penafsiran al-Qurtubi mencakup unsur tafsir bi al-iqtirani, yang menggabungkan
pendekatan tafsir bi al-ma’tsur (berdasarkan teks Al-Qur'an dan hadis) dan
tafsir bi al-ra’yi (berdasarkan pemikiran atau ijtihad). Meskipun demikian, ia
tetap memberi perhatian besar pada tafsir bi al-ma’tsur, yang dianggapnya
sebagai landasan utama.[2]
2. Cara Penjelasan
Dalam
menjelaskan ayat-ayat Al-Qur'an, al-Qurtubi sering mengutip ayat-ayat lain dan
hadis-hadis Nabi yang relevan dengan ayat yang sedang dibahasnya. Selain itu,
ia mengambil pendapat dari para sahabat, tabi'in, dan ulama tafsir, kemudian
membandingkannya dan memilih pendapat yang dianggap paling kuat berdasarkan
dalil-dalil dan bukti-bukti yang ada. Dari segi ini, pendekatan penafsiran
al-Qurtubi dapat digambarkan sebagai metode muqarin, di mana ia membandingkan
dan mempertimbangkan berbagai pandangan ulama sebelum menentukan pendapat yang
paling kuat.
Dengan demikian, al-Qurtubi menggunakan
pendekatan yang seimbang antara tafsir bi al-ma’tsur (berdasarkan teks
Al-Qur'an dan hadis) dan tafsir bi al-ra’yi (berdasarkan ijtihad atau
pemikiran), serta mempertimbangkan pandangan para sahabat dan ulama tafsir dalam
proses penafsirannya.
3. Corak penafsiran
Dalam analisisnya, Imam al-Qurtubi dalam
tafsirnya lebih sering membahas masalah-masalah hukum agama (fiqih) daripada
topik-topik lainnya. Beliau memberikan penekanan yang signifikan pada isu-isu
fiqih dalam tafsirnya. Oleh karena itu, tafsir al-Qurtubi ini memiliki corak
yang dominan dalam bidang fiqih. Dalam penafsiran ayat-ayat Al-Quran, Imam
al-Qurtubi cenderung lebih banyak menghubungkannya dengan aspek-aspek hukum
agama.
4. Sumber Referensi
Dalam muqaddimah tafsirnya, Imam al-Qurtubi
menjelaskan bahwa ia selalu mengaitkan semua pendapat yang dikutipnya langsung
kepada tokoh yang mengemukakannya. Demikian pula, ketika mengutip hadis-hadis
Nabi, ia selalu mencantumkan nama-nama pengarang kitab-kitab hadis yang menjadi
rujukannya. Menurutnya, tindakan ini merupakan bagian dari usaha untuk meraih
berkah ilmu. Di antara kitab-kitab yang menjadi referensi bagi al-Qurtubi
adalah:
1. Al-Muharrar al-Wajiz, karya Ibn 'Athiyah
(w. 546).
2. Al-Nukat wa al-'Uyun, karya al-Mawardi (w.
450).
3. Tafsir Abi Laits al-Samarqandi, karya Abi
Laits al-Samarqandi (w. 375).
4. Tafsir al-Baghawi, karya Imam al-Baghawi
(w. 516).
5. Al-Wasith, sebuah kitab tafsir karya
al-Wahidi (w. 468).
6. Asbab al-Nuzul, juga karya al-Wahidi.
7. Ma'ani al-Qur'an, I'rab al-Qur'an, dan
al-Nasikh wa al-Mansukh, semua karya Abu Ja'far al-Nahhās (w. 338).
8. Al-Tamhid, al-Istidhkār, al-Kāfi, dan
al-Durar fi Ikhtishār al-Siyar, semuanya merupakan karya Abu Umar Ibn Abd
al-Barr (w. 463).
9. Ahkam al-Qur'an dan al-Qabas Sharh
al-Muwaththa', keduanya karya Abu Bakr Ibn al-'Arabi (w. 543).
10. Ma'ani al-Qur'an, karya al-Akhfash Sa'id
(w. 211).
11. Ma'ani al-Qur'an, karya Yahaya bin Ziyad
al-Farra’ (w. 207).
12. Ma'ani al-Qur'an, karya Abu Ishāq al-Zujāj
(w. 311).
13. Majaz al-Qur'an, karya Abu ‘Ubaidah (w.
210).
14. Ahkam al-Qur'an, karya al-Kayā al-Harāsī
(w. 504).
15. Al-Mufhim, karya Abi al-‘Abbās al-Qurtubi
(w. 656).
16. Al-Mudawwanah li Aqwāl Mālik (w. 179),
riwayat Sahnun (w. 240), dari Abdurrahman bin Qāsim (w. 191).
17. Al-Ma’unah, karya al-Qādli Abd al-Wahhāb
al-Baghdādī (w. 422).
18. Al-Burhān, karya al-Juwaini (w. 478).
19. Kitab-kitab hadis seperti Kutub al-Tis'ah
(Shahih Bukhari, Muslim, Sunan Abi Daud, al-Tirmidhi, al-Nasa'i, Ibn Mājah,
Muwaththa’ Mālik, Sunan al-Dārimī, dan Musnad Ahmad bin Hambal), Mushannaf Abi
Bakr bin Abi Syaibah (w. 230), Musnad al-Bazzār (w. 292), Shahih Ibn Hibbān (w.
354), Sunan Al-Daruquthni (w. 385), Sunan al-Baihaqī (w. 458), dan lain-lain.
20. Kitab-kitab lain seperti As-Siyar wa
al-Maghāzī, karya Ibn Ishak (w. 151), dan al-Maghāzī, karya al-Wāqidī (w. 207).
21. Ar-Risālah al-Qusyairīyah, karya Abu
al-Qāsim al-Qusyairī (w. 465).
22. Nawādir al-Ushūl, karya at-Tirmidzī (w.
320).
23. ‘Arā’is al-Majālis, karya Abi Ishaq
as-Tha’labi (w. 427).
24. Al-Asmā’ wa as-Shifāt, karya al-Baihaqi
(w. 458).
25. Al-Manhāj fī Syu’a al-Īmān, karya
al-Halimi (w. 403).
26. Al-Irsyād, karya al-Juwainī (w. 478).
27. Isytiqāq Asmā’ Allah al-Husnā, karya
al-Zujājī (w. 340).
Imam al-Qurtubi dengan cermat merujuk
kitab-kitab ini untuk mendukung penafsiran-penafsiran dan pendapat-pendapat
yang dia sajikan dalam tafsirnya.
Pembaca yang hendak mendownload pdf kitab al-Qurtuby, sila klik link download tafsir al-Qurtubi di sini
[1] Moh Jufriyadi Sholeh, “TAFSIR AL-QURTUBI: METODOLOGI,
KELEBIHAN DAN KEKURANGANNYA,” Reflektika 13, no. 1 (12 Juni 2018): 52–54,
https://doi.org/10.28944/reflektika.v13i1.173.
[2]As-Sayyid Muhammad Ali Iyāzi,
Al-Mufassirūna Hayātuhum Wa Manhajuhum (Taheran: Muassasah at-Thibā’ah wa
an-Nahsr Wazārah al-Tsaqafah wa al-Irshad al-Islami, n.d.), 412
Comments
Post a Comment