METODOLOGI TAFSIR AL-QURTUBI

 


Sekilas Pandang Tentang Tafsir al-Qurtubi

Judul lengkap Tafsir al-Qurtubi adalah "al-Jāmi’ li Ahkām al-Qur’ān wa al-Mubayyin limā Tadlammanah min al-Sunnah wa Āy al-Furqan." Nama ini berasal dari Imam Al-Qurtubi sendiri, seperti yang ia tegaskan dalam pengantar tafsirnya. Dari namanya, kita dapat memahami bahwa buku ini berisi kumpulan hukum-hukum dari Al-Qur'an dan penjelasan tentang kontennya dari Sunnah dan ayat-ayat Al-Qur'an. Tafsir ini merupakan salah satu tafsir yang paling lengkap dalam menggabungkan aspek-aspek fiqih dari berbagai madzhab pada zamannya. Selain itu, perhatiannya terhadap masalah-masalah seperti qira’at, i’rab, ilmu Nahwu, dan Balaghah, serta nasikh-mansukh juga sangat mendalam.

Sebelum memulai penjelasan terhadap ayat-ayat Al-Qur'an, Al-Qurtūbī memulai dengan sebuah pengantar yang membahas berbagai aspek cara berinteraksi dengan Al-Qur'an. Pengantar ini mencakup beberapa bab yang terkait dengan ulūmal-Qur’ān, seperti:

1. Keistimewaan dan keutamaan Al-Qur'an, anjuran-anjuran yang terkandung di dalamnya, serta keutamaan bagi mereka yang mempelajari, membaca, mendengarkan, dan mengamalkannya.

2. Tata cara membaca Al-Qur'an, anjuran untuk mengajar Al-Qur'an, dan peringatan untuk menjauhi sifat riya'.

3. Etika membawa Al-Qur'an dan tindakan yang harus diambil untuk menghormati Al-Qur'an.

4. Pembahasan tentang tujuh huruf, sejarah pengumpulan Al-Qur'an, susunan surat dan ayat-ayatnya, serta berbagai hal lain yang berkaitan dengan ilmu ulūmal-Qur’ān.

Setelah itu, Al-Qurtubi memberikan bab-bab khusus yang membahas masalah al-isti’ādah (mencari perlindungan Allah) dan al-basmalah (pembukaan dengan menyebut nama Allah). Dalam bab al-Isti’ādah, Al-Qurtubī membahas dua belas masalah yang terkait dengannya, sedangkan dalam bab al-Basmalah, ia membahas dua puluh masalah yang terkait dengannya juga.

Terdapat bab tersendiri untuk membahas al-basmalah dalam tafsir al-Qurtubi, dan hal ini menunjukkan bahwa al-Qurtubi termasuk dalam kelompok ulama yang berpendapat bahwa al-basmalah tidak termasuk bagian dari surat al-Fatihah. Pendapat ini disampaikan oleh al-Qurtubi karena ia menganggap bahwa dalil yang mendukung pandangan ini lebih kuat daripada pendapat yang menyatakan bahwa al-basmalah merupakan bagian dari surat al-Fatihah.

Setelah memberikan pengantar, al-Qurtubi memulai penafsiran ayat-ayat al-Qur'an sesuai dengan urutan surat dan ayat dalam mushaf. Secara umum, pendekatan penafsiran al-Qurtubi adalah sebagai berikut:

1. Menyebutkan keutamaan atau keistimewaan surat Al-Qur'an yang akan dibahasnya. Ini adalah langkah rutin yang dilakukan oleh al-Qurtubi setiap kali memasuki surat dalam Al-Qur'an. Dalam tahap ini, ia juga membahas nama-nama surat tersebut, sejarah turunnya surat, dan mengkaji hukum-hukum yang terkandung dalam ayat-ayat yang akan dibahas.

2. Menyebutkan sebab turunnya ayat-ayat yang memiliki sebab turun yang diketahui.

3. Menyebutkan ayat-ayat lain yang memiliki kaitan dengan ayat yang sedang dibahas, serta hadis-hadis Nabi yang relevan, dengan mencantumkan sumber-sumbernya sebagai referensi.

4. Memberikan analisis dari segi bahasa, sering kali menggunakan syair-syair Arab sebagai referensi linguistik.

5. Mengutip pendapat-pendapat ulama dengan mencantumkan sumber-sumbernya sebagai alat untuk menjelaskan hukum-hukum yang berkaitan dengan topik yang sedang dibahas.

6. Mendiskusikan pendapat-pendapat ulama dengan memberikan argumen masing-masing, dan kemudian melakukan tarjih atau penilaian untuk memilih pendapat yang dianggap paling kuat atau benar.

Ini adalah pendekatan umum yang digunakan oleh al-Qurtubi dalam penafsiran Al-Qur'an dalam tafsirnya.

Sebagai contoh untuk mengilustrasikan pendekatan Imam al-Qurtubi dalam menafsirkan Al-Qur'an, mari kita lihat bagaimana ia menjelaskan surat al-Fatihah. Imam al-Qurtubi membagi penafsiran surat al-Fatihah menjadi empat bab yang berurutan:

1. Bab pertama membahas tentang keutamaan surat al-Fatihah dan nama-nama yang digunakan untuk menyebut surat ini.

2. Bab kedua mengulas sebab turunnya surat al-Fatihah dan membahas dua puluh masalah hukum fiqih yang berkaitan dengan surat ini, serta memaparkan banyak hadis sebagai bukti dan rujukan.

3. Bab ketiga fokus pada topik ta’mīn (membaca amin) dalam surat al-Fatihah, dengan membahas delapan permasalahan terkaitnya.

4. Bab keempat mendalami isi surat al-Fatihah dari berbagai aspek, termasuk pemaknaan, qira’at (cara membaca), i’rab (analisis tata bahasa), dan keutamaan bagi mereka yang mengucapkan surat ini. Dalam bab ini, Imam al-Qurtubi menghadirkan tiga puluh enam masalah terkait.

Dalam kasus penafsiran surat al-Baqarah, al-Qurtubi memulai dengan membahas sebab turunnya surat tersebut dan mengungkapkan keutamaannya. Ia mendukung argumennya dengan merujuk pada banyak hadis sebagai bukti dan rujukan. Setelah itu, ia masuk ke dalam pembahasan ayat-ayat surat al-Baqarah dengan mendiskusikan permasalahan-permasalahan yang terkandung di dalamnya. Dalam tahap ini, ia memaparkan pendapat-pendapat ulama dengan mencantumkan argumen masing-masing dari ulama tersebut. Terakhir, Imam al-Qurtubi melakukan tarjih (penilaian) untuk menentukan pendapat yang menurutnya paling kuat atau benar di antara berbagai pendapat yang telah diajukan.[1]

Metodologi Tafsir al-Qurtubi

Dari penjelasan umum mengenai sistematika dan langkah-langkah penafsiran yang dilakukan oleh al-Qurtubi, dapat diidentifikasi metode, karakteristik, dan corak penafsiran yang digunakan olehnya dari beberapa aspek berikut:

1.      Sumber Penafsiran

Dilihat dari sumber-sumber penafsirannya, al-Qurtubi sering mengacu pada ayat-ayat lain dalam Al-Qur'an dan hadis-hadis Nabi yang relevan dengan ayat yang sedang diajukan dalam penafsirannya. Selain itu, ia sering memberikan analisis linguistik dengan merujuk pada syair-syair Arab sebagai sumber referensinya. Dari segi ini, dapat disimpulkan bahwa metode penafsiran al-Qurtubi mencakup unsur tafsir bi al-iqtirani, yang menggabungkan pendekatan tafsir bi al-ma’tsur (berdasarkan teks Al-Qur'an dan hadis) dan tafsir bi al-ra’yi (berdasarkan pemikiran atau ijtihad). Meskipun demikian, ia tetap memberi perhatian besar pada tafsir bi al-ma’tsur, yang dianggapnya sebagai landasan utama.[2]

2.      Cara Penjelasan

 Dalam menjelaskan ayat-ayat Al-Qur'an, al-Qurtubi sering mengutip ayat-ayat lain dan hadis-hadis Nabi yang relevan dengan ayat yang sedang dibahasnya. Selain itu, ia mengambil pendapat dari para sahabat, tabi'in, dan ulama tafsir, kemudian membandingkannya dan memilih pendapat yang dianggap paling kuat berdasarkan dalil-dalil dan bukti-bukti yang ada. Dari segi ini, pendekatan penafsiran al-Qurtubi dapat digambarkan sebagai metode muqarin, di mana ia membandingkan dan mempertimbangkan berbagai pandangan ulama sebelum menentukan pendapat yang paling kuat.

 

Dengan demikian, al-Qurtubi menggunakan pendekatan yang seimbang antara tafsir bi al-ma’tsur (berdasarkan teks Al-Qur'an dan hadis) dan tafsir bi al-ra’yi (berdasarkan ijtihad atau pemikiran), serta mempertimbangkan pandangan para sahabat dan ulama tafsir dalam proses penafsirannya.

3.      Corak penafsiran

Dalam analisisnya, Imam al-Qurtubi dalam tafsirnya lebih sering membahas masalah-masalah hukum agama (fiqih) daripada topik-topik lainnya. Beliau memberikan penekanan yang signifikan pada isu-isu fiqih dalam tafsirnya. Oleh karena itu, tafsir al-Qurtubi ini memiliki corak yang dominan dalam bidang fiqih. Dalam penafsiran ayat-ayat Al-Quran, Imam al-Qurtubi cenderung lebih banyak menghubungkannya dengan aspek-aspek hukum agama.

4.      Sumber Referensi

Dalam muqaddimah tafsirnya, Imam al-Qurtubi menjelaskan bahwa ia selalu mengaitkan semua pendapat yang dikutipnya langsung kepada tokoh yang mengemukakannya. Demikian pula, ketika mengutip hadis-hadis Nabi, ia selalu mencantumkan nama-nama pengarang kitab-kitab hadis yang menjadi rujukannya. Menurutnya, tindakan ini merupakan bagian dari usaha untuk meraih berkah ilmu. Di antara kitab-kitab yang menjadi referensi bagi al-Qurtubi adalah:

 

1. Al-Muharrar al-Wajiz, karya Ibn 'Athiyah (w. 546).

2. Al-Nukat wa al-'Uyun, karya al-Mawardi (w. 450).

3. Tafsir Abi Laits al-Samarqandi, karya Abi Laits al-Samarqandi (w. 375).

4. Tafsir al-Baghawi, karya Imam al-Baghawi (w. 516).

5. Al-Wasith, sebuah kitab tafsir karya al-Wahidi (w. 468).

6. Asbab al-Nuzul, juga karya al-Wahidi.

7. Ma'ani al-Qur'an, I'rab al-Qur'an, dan al-Nasikh wa al-Mansukh, semua karya Abu Ja'far al-Nahhās (w. 338).

8. Al-Tamhid, al-Istidhkār, al-Kāfi, dan al-Durar fi Ikhtishār al-Siyar, semuanya merupakan karya Abu Umar Ibn Abd al-Barr (w. 463).

9. Ahkam al-Qur'an dan al-Qabas Sharh al-Muwaththa', keduanya karya Abu Bakr Ibn al-'Arabi (w. 543).

10. Ma'ani al-Qur'an, karya al-Akhfash Sa'id (w. 211).

11. Ma'ani al-Qur'an, karya Yahaya bin Ziyad al-Farra’ (w. 207).

12. Ma'ani al-Qur'an, karya Abu Ishāq al-Zujāj (w. 311).

13. Majaz al-Qur'an, karya Abu ‘Ubaidah (w. 210).

14. Ahkam al-Qur'an, karya al-Kayā al-Harāsī (w. 504).

15. Al-Mufhim, karya Abi al-‘Abbās al-Qurtubi (w. 656).

16. Al-Mudawwanah li Aqwāl Mālik (w. 179), riwayat Sahnun (w. 240), dari Abdurrahman bin Qāsim (w. 191).

17. Al-Ma’unah, karya al-Qādli Abd al-Wahhāb al-Baghdādī (w. 422).

18. Al-Burhān, karya al-Juwaini (w. 478).

19. Kitab-kitab hadis seperti Kutub al-Tis'ah (Shahih Bukhari, Muslim, Sunan Abi Daud, al-Tirmidhi, al-Nasa'i, Ibn Mājah, Muwaththa’ Mālik, Sunan al-Dārimī, dan Musnad Ahmad bin Hambal), Mushannaf Abi Bakr bin Abi Syaibah (w. 230), Musnad al-Bazzār (w. 292), Shahih Ibn Hibbān (w. 354), Sunan Al-Daruquthni (w. 385), Sunan al-Baihaqī (w. 458), dan lain-lain.

20. Kitab-kitab lain seperti As-Siyar wa al-Maghāzī, karya Ibn Ishak (w. 151), dan al-Maghāzī, karya al-Wāqidī (w. 207).

21. Ar-Risālah al-Qusyairīyah, karya Abu al-Qāsim al-Qusyairī (w. 465).

22. Nawādir al-Ushūl, karya at-Tirmidzī (w. 320).

23. ‘Arā’is al-Majālis, karya Abi Ishaq as-Tha’labi (w. 427).

24. Al-Asmā’ wa as-Shifāt, karya al-Baihaqi (w. 458).

25. Al-Manhāj fī Syu’a al-Īmān, karya al-Halimi (w. 403).

26. Al-Irsyād, karya al-Juwainī (w. 478).

27. Isytiqāq Asmā’ Allah al-Husnā, karya al-Zujājī (w. 340).

Imam al-Qurtubi dengan cermat merujuk kitab-kitab ini untuk mendukung penafsiran-penafsiran dan pendapat-pendapat yang dia sajikan dalam tafsirnya.

Pembaca yang hendak mendownload pdf kitab al-Qurtuby, sila klik link download tafsir al-Qurtubi di sini



[1] Moh Jufriyadi Sholeh, “TAFSIR AL-QURTUBI: METODOLOGI, KELEBIHAN DAN KEKURANGANNYA,” Reflektika 13, no. 1 (12 Juni 2018): 52–54, https://doi.org/10.28944/reflektika.v13i1.173.

[2]As-Sayyid Muhammad Ali Iyāzi, Al-Mufassirūna Hayātuhum Wa Manhajuhum (Taheran: Muassasah at-Thibā’ah wa an-Nahsr Wazārah al-Tsaqafah wa al-Irshad al-Islami, n.d.), 412

Comments