BIOGRAFI AL-RAZI DAN METODE TAFSIRNYA

 


Biografi Imam al-Razi

Nama lengkap ar-Razi adalah Abu Abdullah Muhammad Ibn Umar Ibn al-Husin Ibn alHasan Ibn Ali al-Qurasy at-Taimi al-Bakri athThabrastani ar-Razi. Biasa dikenal dengan Fakhruddin dan Ibn Al-Khathib. Ia lahir di Ray tanggal 15 Ramadhan than 544 H.[1]

Ar-Razi adalah seorang yang terpelajar dan cemerlang dalam sejarah Islam.Ia pernah menjadi salah seorang yang diutus pada awal abad ketujuh untuk memperbaharui agama, sehingga hal ini menjadikannya mujaddid.[2]

Ar-Razi pertama kali menuntut ilmu di rumahnya sendiri di bawah bimbingan ayahnya yang diketahui merupakan murid dari Imam Baghawi. Kemudian ia mengembara ke berbagai daerah di antaranya Khawarizmi dan Khurasan. Ia berguru dengan beberapa ulama tersohor di antaranya adalah al-Kama as-Sam’ani, al-Majdi al-Jaili dan banak lagi ulama yang sezaman dengan mereka.[3]

Ar-Razi sangat ulet dan tekun dalam menuntut ilmu sehingga ia sangat populer sebagai pakar dalam ilmu logika pada saat itu dan merupakan seorang ulama yang terkemukan dalam bidang hukum Islam. Ia juga merupakan ahli tafsir dan bahasa serta ahli fikih mazhab Syafi’i.[4] Tidak hanya itu, ar-Razi juga terkenal sebagai ahli dwi bahasa, bahasa Arab dan ‘Ajam (non Arab). Jika ia menyampaikan orasi keagamaan, tak jarang hakim menitikan air mata. Sebab, nasihat yang disampaikan begitu berkesan dan menyayat hati. Sering juga ia menyelipkan syairsyair yang menggetarkan hati di sela-sela orasinya.[5]

Murid-murid ar-Razi

Nama ar-Razi makin populer, ia memiliki murid yang sangat banyak sehingga dikatakan bahwa ia punya murid yang berkhadam kepadanya sekitar 300 orang, majelis ilmunya diikuti ribuan orang dari berbagai kalangan. Bahkan Raja Khawarizmi sudi bertandang ke rumahnya untuk mendengar dan menyimak petuah-petuah keagamaan yang menyejukkan hati.[6]

Nama besar ar-Razi berbanding lurus dengan keadaan perekonomiannya, yang mana hartanya berlimpah luah. Kekayaannya merupakan berkah dari ilmu yang dimilikinya. Harta yang terkumpul sebagian besar adalah hibah dari para sultan seperti Syihabuddin al-Ghauri, Sultan Ghaznah dan Sultan ‘Ala ad-Din Khawarizmi Syah.

Namun tumpukkan harta tersebut tidak ia nikmati sendiri. Harta tidak membuat ia menjadi sombong dan lupa siapa dirinya. Ar-Razi sering mendermakan hartanya untuk kepentingan agama Islam dan kemanusiaan.Perilaku mulia ini dilakoninya sematamata untk mengungkapkan rasa syukurnya atas nikmat yang telah dikarniakan Allah kepadanya.[7]

Kekayaan yang dimilikinya menjadi perantara baginya yntuk mengabdi kepada Allah dengan terus berdakwah dan menulis. Ar-Razi selain mempelajari, mengarang dan membahas ilmu kalam, ia juga membahas, mempelajari dan mengarang ilmu Al-Qur’an. Ia berkata “sungguh saya telah memilih metode ilmu kalam dan falsafah, tetapi saya tidak menemukannya bisa menghilangkan dahaga orang haus, menyembuhkan orang sakit, dan saya melihat metode yang paling bagus adalah metode AlQur’an. Pengakuan Imam ar-Razi tersebut mengungkapkan bahwa filosof bergelut dalam bidang pemikiran menggunakan metode Al-Qur’an dan Sunnah, yang mana kedua metode tersebut menunjukkan manusia kejalan yang benar.Sedangkan filosof yang tidak meggunakan metode Al-Qur’an dan Sunnah maka bukanlah metode yang selamat dan benar. Sehingga ia mengungkapkan kata-kata yang begitu terkenal “Mengutamakan akal akan berakhir dengan kecelakaan”.[8]

Tafsir ar-Razi dan metodenya

 Kitab tafsir ar-Razi terkenal dengan Mafatih al-Ghaib yang memiliki delapan jilid dan sudah tersebar di kalangan orangorang yang berilmu. Kitab ini mendapatkan perhatian yang besar dari para pelajar Al-Qur’an karen amengandung pembahasan yang mendalam serta mencakup masalah-masalah keilmuan yang beragam sehingga dikatakan: ia telah mengumpulkan semuan yang aneh dan asing. Dalam tafsir ar-Razi ada beberapa poin penting yang menarik sebagaiman ayang telah diteliti, yaitu:

• Mengutamakan munasabah antara surah dan ayat-ayat AlQur’an satu sama lain kemudian ia menjelaskan hikmahhikmah yang terdapat dalam urutan-urutan Al-Qur’an.

• Iajuga sering menghubungkan dengan pembahasan tentang ilmu matematika, filsafat, biologi dan yang lainnya.

 • Ar-Razi juga membubuhkan beberapa pendapat filosof, pakar ilmu kalam dengan mengikuti pendapat ahli Sunnah dan menentang pemikiran orang-orang Mu’tazilah dan melemahkan dalil-dalil mereka.

 Ketika membaha sayat hukum,makaar-Razi akan menyebutkan semua mazhab fuqaha. Namun, ia lebih cenderung kepada mazhab Syafi’i yang merupakan pegangannya dalam ibadah dan muamalah.

• Ar-Razi menambahkan dari apa-apa yang telah disebutkan di atas banyak masalah tentang ilmu ushul, balaghah, nahwu dan lainnya. Meskipun masalah tersebut dibahas tidak dengan detail sebagaimana halnya pembahasan ilmu biologi, matematika dan filsafat.

Secara keseluruhan tafsir ar-Razi bisa dikatakan sebagai ensiklopedia yang besar dalam ilmu alam, biologi dan ilmuilmu yang ada hubungannya, baik secara lansung maupun tidak langsung.Ilmu tafisr dan semua ilmu menjadi saran untuk memahami semuanya.[9]

Dari seluruh karya, ar-Razi mengakui bahwa ilmu tentang Al-Qur’an adalah yang paling utama.Pengakuan tersebut dapat kita lihat dari semua poin-poin di atas.Menurutnya bahwa mengikuti metode Al-Qur’an dan Sunnah merupakan pelita dalam menuju kebahagiaan.[10]

Umumnya diketahui bahwa ar-Razi meninggal sebelum menyelesaikan tafsir besarnya, yang dikenal dengan At-Tafsirul Mahir tapi lebih sering disebut Mafatihul Gaib. Karya tersebut diselesaikan oleh salah satu muridnya, yang telah mengikuti metodologi dan idiom pendahulunya sedemikian tepatnya sehingga tidak dapat dibedakan gaya keduanya. Tafsir ar-Razi sangat sulit karena dua alasan.Ar-Razi adalah seorang filosof cemerlang, dan bukan seorang ahli agama.Ia mulai menulis dari ayat-ayat dengan cara yang rumit, serta melibatkan gaya yang terdiri dari berlapis-lapis pendapat dan sanggahan dan sering tidak mencapai kesimpulan apapun. Ia juga bergerak jauh dari masalahnya, sehingga kita bisa tersasar dalam pertentangan filsafat dan teologi sehingga terlepas dari apa yang disebut tafsir. Mafatihul Ghaib karangan ar-Razi berisi segalanya kecuali tafsir.Namun ini sebuah karya yang unik dan terpelajar, yang mewakili sebuah jenis karya agama mengenai Qur’an.[11]

Bagi pembaca yang hendak mendownload tafsir al-Razi : Mafatih al-Ghayb bisa klik link download tafsir al-Razi di sini



[1]Mani’ Abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsir: Kajian Komprehensif Metode Para Ahli Tafsir, h. 320

[2]Mahmud Ayub, Al-Qur’an dan Para Penafsiran, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1991), h. 10

[3]Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir Al-Qur’an, h. 82

[4]Mani’Abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsir: Kajian Komprehensif Metode Para Ahli Tafsir, h. 320

[5]Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir Al-Qur’an, h. 83

[6]Mani’Abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsir: Kajian Komprehensif Metode Para Ahli Tafsir, h. 321-322

[7]Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir Al-Qur’an, h. 83-84

[8]Mani’Abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsir: Kajian Komprehensif Metode Para Ahli Tafsir, h. 323

[9]Mani’Abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsir: Kajian Komprehensif Metode Para Ahli Tafsir, h. 323-325

[10]Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir Al-Qur’an, h. 84

[11]Mahmud Ayub, Al-Qur’an dan Para Penafsiran, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1991), h. 11


Comments