on
asbab nuzul
- Get link
- X
- Other Apps
Biografi Imam
al-Baidhawi
Imam Baidhawi memiliki nama lengkap Imam
Abdullah bin Umar bin Muhammad bin Ali as-Syairazi, Abu Said Abu al-Khoir
Nasiruddin al-Baidhawi. Ia berasal dari sebuah desa yang bernama Baidho’ bagian
dari negara Persia (Iran).Ia adalah hakim di kota Syairaz dan sekaligus ahli
tafsir AlQur’an. Ia menyusun banyak bidang ilmu pengetahuan dengan kepandaian
dan kejeniusannya, ia mudah meraih pangkat. Imam al-Baidhawi adalah imam yang
sangat alim, di bidang fiqih, Tafsir, Usul fiqh, Ushuluddin, bahasa Arab dan
Mantiq.Ia juga mahir dalam bidang debat dan etika berdiskusi. Riwayat hidupnya
yang baik tercermin dari semangat dalam beribadah, memiliki sifat zuhud dari
kehidupan fana.Ia mengikuti mazhab Syafi’i. Ibnu Subhah mengungkapkan dalam
kitab Tabaqat, bahwa ia (imam al-Baidhawi) memiliki banyak karangan, ulama
besar dan terkemuka di negeri Azerbaijan, guru dan syaikh daerah itu. Imam
al-Subki berkata, “Ia adalah imam yang sangat jeli, ahli dalam berdebat, serta
shaleh dan ahli ibadah”.Ibnu Habib juga erkata, “para imam banyak memuji
kaarangan-karangannya, imam al-Baidhawi memiliki metodologi yang ringakas dan
detail lafalnya”.[1]
Imam al-Baidhawi wafat pada tahun 691H/1191.[2]
Karya-karya
Imam al-Baidhawi
Imam al-Baidhawi menyusun kitab-kitab penting
dalam berbagai bidang agama. Ia mengarang rangkuman (al-Mukhtasar) kitab al
Kassyaf, metodologi ilmu usul fiqh, Syarah al Mukhtasar karya Ibnu Hajib di
bidang ilmu usul, Syarah al Muntakhab dil Usul karya Imam Fakhruddin, Syarah
al-Mutthali’ fil Mantiq, al Idlah fi Ushuluddin, al-Ghayatul Quswa fil Fiqh, at
Thawali’ fil Kalam, Syarah al Kafiyah karya Ibnu Hajib, Syarah al Masabih
walubbul al Allubab fi Ilmi al I’rab, al- Ghayatul Quswa fi Dirasah al Fatwa fil
Fiqh as Syafi’.
Imam
al-Baidhawi megatakan bahwa ilmu yang paling tinggi itu adalah ilmu tafsir yang
merupakan induk dan pusat dari segala ilmu agama, tempatnya kaidah –kaidah
syara’ dan pondasinya. Imam al-Baidhawi berkeiginan untuk menyusun kitab
tafsir, yang mana isinya mencakup sesuatu yang murni yang ia dapatkan dari ilmu
para sahabat yang mulia, ulama para tabi’in dan selain mereja dari kalangan
orang shaleh, yang mencakup permasalahan yang konkrit serta
permasalahan-permasalahan yang menarik dan memikat. Ia berpedoma pada para
pendahulu dari kalangan ulama mutahhirin, teladan-teladan yang tahqiq, ia juga
mengemukakan jalan-jalan qiraat yang disandarkan pada imam yang delapan
termasyhur, dan qiraat (bacaan-bacaan) yang menyimpang (syadz) yang
diriwayatkan dari ahli qiraat yang diperhitungkan. Sebelum menyusun kitab
tersebut Imam al-Baidhawi istikharah terlebih dahulu untuk menyempurnakan
niatnya, setelah itu ia berniat memberi nama dengan nama alanwar at-tanzil wa
asrar at-Ta’wil”[3]
Setiap orang yang memahami tafsirnya akan
mendapati bahwa tafsir yang disusun oleh Imam al-Baidhawi bahwa pengarangnya
menempuh jalan ringkas, menyusun pemikirannya dalam isi tafsir tersebut.[4]
Tak salah komentar Ibnu Suhbah dalam kitabnya,
bahwa Imam al-Baidhawi memang ulama yang sangat produktif dalam menulis
kitab.Karyanya merambah beragam disiplin ilmu. Salah satu kitab tafsir yang ia
tulis yang sekaligus merupakan karya monumentalnya, al-Anwar at-Tanzil wa Asrar
at-Ta’wil”, namun lebih dikenal dengan nama Tafsir Baidhawi. Ketika membacanya,
kesan pertama kali yang muncul dalam benak pembaca adalah bahwa pengarangnya
menuangkan buah pikirnya dengan sangat ringkas.Pengarang tersebut lebih menitik
beratkan pada sisi i’rab, fikih dan teologi dari sebuah ayat
Al-Qur’an.Penafsirannya tersebut berpedoman pada sejumlah kitab tafsir
sebelumnya, yaitu kitab tafsir al-Kasysyaf karya Zamakhsyari dan tafsir ar-Razi
(Mafatih al-Gaib) karya Fakhruddin ar-Razi. Kesan ini dipertegas oleh Imam
as-Suyuthi dalam al-Kasysyaf az-Zunun.Menurutnya, tafsir Baidhawi adalah kitab
yang komplit dan tidak memerlukan penjelaan lagi. Dari tafsir al-Kasysyaf ia
mencuplik materi tentang i’rab, ma’ani dan bayan (aspek sastra). Dari Mafatih
al-Gaib karya ar-Razi, iamemetik hikmah dan seluk beluk teologi. Dari Tafsir
ar-Ragib ia menyadap tentang berbagai dimensi tasawuf dan mistik. Segenap
bangunan pemikiran pengarangnya terangkum dalam kitab ini secara
sistematis-rasional.[5] Ia
menjelaskan metodologi yang argumentatif serta menjelaskan apa yang telah ia
tafsirkan dengan menyebutkan dua, tiga atau empat kata sebelumnya.
Pemilik kitab al-Kasysyaf az-Zunun memuji
kembali kitab tafsir Baidhawi dan pengarangnya hingga ia berkata: “bahwa kitab
ini mendapat karunia Allah dengan keindahan bahasanya bagi jumhur kaum terhrmat
dan terkemuka. Maka mereka menetapkan dan mengkaji seta memberi syarah,
sebagian mereka mengaitkan penjabarannya dalam surat tertentu. di antara syarah
kitab yang paling masyhur adalah Hasyiyah Qadi Zadah, Hasyiyah Syihab al
Hufaji, dan Hasyiah al Qunawi.[6]
Bagi pembaca yang hendak mendownload tafsir al-Baydhawi dalam bentuk pdf, sila klik link download tafsir baidhawi di sini
[1]Mani’Abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsir: Kajian Komprehensif Metode
Para Ahli Tafsir, h. 111-112
[2]Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir
Al-Qur’an, h.87
[3]Mani’Abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsir:
Kajian Komprehensif Metode Para Ahli Tafsir, h. 113
[4]Mani’Abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsir:
Kajian Komprehensif Metode Para Ahli Tafsir, h. 114
[5]Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir
Al-Qur’an, h.88
[6]Mani’Abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsir:
Kajian Komprehensif Metode Para Ahli Tafsir, h. 115-116
Comments
Post a Comment