Kisah Qur'ani dan Pendekatan Muhammad Hadi Ma'rifat


Dalam karyanya, Muhammad Hadi Ma'rifat berusaha menguraikan bahwa kisah-kisah yang disampaikan dalam Al-Qur'an untuk tujuan religius juga memiliki kebenaran historis dan faktual. Hal ini menempatkannya sebagai penentang dari pandangan-pandangan yang menilai kisah-kisah tersebut sebagai mitos semata. Ma'rifat menolak anggapan ini dan menawarkan tiga argumen utama yang perlu dicermati.

Pertama, Ma'rifat setuju dengan pendapat Khalafullah yang menyatakan bahwa Al-Qur'an menggunakan "kebebasan artistik" dalam penyampaian kisah-kisahnya. Artinya, Al-Qur'an tidak terikat oleh aturan historiografi yang lazim digunakan dalam penulisan sejarah, melainkan lebih cenderung menerapkan stilistika retorikal daripada stilistika dokumenter.^1

Kedua, Ma'rifat mengaitkan pendapatnya dengan teori pendidikan. Ia berpendapat bahwa pendidikan hanya dapat berdiri di atas prinsip-prinsip yang dihasilkan dari eksperimen nyata dan fakta, bukan dari asumsi atau ilusi. Sebagai kitab pendidikan dan petunjuk, kisah-kisah dalam Al-Qur'an haruslah berdasar pada fakta historis umat manusia, meskipun tidak selalu sesuai dengan "narasi sejarah" yang umumnya dipegang.^2

Ketiga, Ma'rifat memanfaatkan bukti-bukti arkeologis untuk memperkuat argumen mengenai historisitas kisah-kisah dalam Al-Qur'an. Ia menekankan bahwa adanya kemiripan antara narasi Al-Qur'an dan penemuan arkeologis tidak bisa diabaikan dalam tafsir. Contoh utamanya adalah kisah Dzulqarnain, yang menurut Ma'rifat dapat dijelaskan secara historis dengan memanfaatkan hasil penelitian yang ada.^3

Ma'rifat mengkhususkan pembahasannya mengenai sosok Dzulqarnain dan Ya'juj Ma'juj. Menurutnya, terdapat dua pandangan terkait kisah ini: pandangan mitis dan pandangan historis-manusiawi. Pandangan mitis menggambarkan Dzulqarnain sebagai makhluk supranatural, sedangkan pandangan kedua menilainya sebagai sosok manusia biasa. Dalam hal ini, Ma'rifat lebih cenderung mendukung pandangan historis-manusiawi, yang sejalan dengan pendapat tokoh-tokoh seperti Maulana Abul Kalam Azad yang mengidentifikasi Dzulqarnain sebagai Cyrus the Great.^4


1. Ma'rifat, Muhammad Hadi. *Kisah-kisah Al-Qur'an Antara Fakta dan Mitos*. h. 35-36.

2. Ibid, h. 37-38.

3. Ibid, h. 39-40.

4. Azad, Maulana Abul Kalam. *Yashlilul Makaan Dzilqarnain*. h. 52-53.


Comments