TAFSIR SURAT AL-FATIHAH AYAT 2 BAHASA INDONESIA

 

Sebenarnya berbicara mengenai awal surat al-Fatihah masih terdapat perbedaan pandangan di kalangan ulama. Sebagian ulama menyatakan bahwa  surat al-fatihah dimulai dengan bismillah al-rahman al-rahim. Pendapat ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Imam al-Syafi’i. [1]Sementara ulama lainnya menganggap bahwa basmalah bukan bagian dari surah al-Fatihah.  Sebagaimana yang dikatakan oleh madzab Malikiyah dan Hanafiyah.[2] Dalil-Dali dari masing-masing ulama tersebut dapat dilihat dalam kitab-kitab fiqh dan tafsir ayat ahkam. Namun dalam posisi ini penulis menganut pendapat pertama, yang menyatakan bahwa basmallah merupakan bagian dari surah al-Fatihah. Oleh karena itu, dalam tulisan ini yang akan penulis gali tentang penafsirannya adalah ayat :

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta Alam

Menurut Imam al-Baydhawi dalam kitab tafsirnya, kata al-Hamd merupakan al-tsana’ ‘ala al-jamil al-ikhtiyar min nikmatin aw ghairih.  Artinya, al-hamd menunjukan pujian yang bagus yang tidak memandang apakah yang dipuji memberikan nikmat atau lainnya. Hal ini berbeda dengan lafadz al-madhu yang hanya memuji karena aspek kebaikan semata.[3]

Sebagaimana Imam al-Baydhawi, Imam Abu Hayyan dalam kitab al-Bahr al-Muhid juga menyatakan bahwa al-hamdu adalah al-Tsana ‘ala al-jamil min ni’mah aw ghairiha. Hanya saja Imam Abu Hayyan memberikan penekan bahwa al-Hamd merupakan pujian yang diucapkan dalam lisan saja.[4]

Preposisi “al” dalam kata al-Hamd disebut dengan “al” istighraqy yang berarti menghabiskan. Artinya, segala pujian yang ada di dunia ini mutlak milik Allah. Dalam dunia pesantren biasanya dibagi menjadi empat: qadim ‘ala qadim, qadim ‘ala huds, huds ‘ala qadim dan huds ‘ala huds semuanya milik Allah swt. Sehingga tidak ada satupun yang berhak atas pujian tersebut selain Allah. Seandainya-pun manusia dipuji, pada hakekatnya pujian tersebut dilayangkan dan milik Allah semata.

Artinya sebagaimana manusia hendaknya sadar dan tidak haus akan pujian. Sebab pada hakekatnya yang berhak dan pantas dipuji hanya Allah swt semata.

Selanjutnya tafsir kata “lillah”, huruf jer di awal kata Allah menurut Imam Abu Hayyan memiliki beberapa makna, di antaranya :

a.       Li al-milk

b.       Li al-tamlik

c.       Li al-istihqaq

d.       Li al-nasb

e.       Li al-ta’lil

f.        Li al-tabligh

g.       Li al-ta’ajub

h.       Li al-tabyin

i.         Li al-shairurah

j.         Li al-dharfiyah bi ma’na fi, aw ‘indi aw ba’du

k.       Li al-intiha’

l.         Li isti’la’[5]

Artinya jika kita ambil makna lam untuk al-milk misalnya, maka segala yang pujian yang ada di dunia ini adalah milik Allah swt semata.

Sedang penafsiran lafadz Allah dapat dilihat dalam artikel ini.

Berikutnya kata “rabb”,  kata ini menurut Imam Abu Hayyan dapat bermakna sayyid, maalik dan ma’bud.  Adapun kata al-‘alamin dalam tafsir Jalalayn memiliki makna Jami’ al-Khalqi atau seluruh makhluk baik dari kalangan manusia, jin, malaikat, hewan dan lain sebagainya. Pada intinya segala sesuatu selain Allah swt disebut sebagai ‘Alam.

Pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa pada hakikatnya segala puji hanya milik Allah swt. Manusia tidak punya hak atas pujian tersebut. Seandainya manusia dipuji atau memuji maka pada hakikatnya pujian tersebut hanya milik Allah swt semata. Sebab yang mampu menyelipkan sifat terpuji yang menjadikan manusia dipuji oleh orang lain hanya Allah swt. Serta yang menggerakan seseorang untuk memuji orang lain juga hanya Allah. Dengan demikian, sebagai manusia hendaknya selalu rendah hati, tidak haus akan pujian.

Bagi para pembaca yang hendak mendownload kitab rujukan di atas silahkan klik di bawah ini:


[1]Abu Bakr Muhammad bin Abdillah ibn ‘Arabi, Ahkam al-Qur’an, Juz 1 (Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2003), 5

[2]Abu Bakr Muhammad bin Abdillah ibn ‘Arabi, Ahkam al-Qur’an, 6

[3]Muhammad al-Syairazi al-Baydhawi, Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil, Juz 1(Bairut: Dar al-Turats al-Araby, 1418 H),27

[4]Abu Hayyan al-Andalusi,al-Bahr al-Muhid fi Tafsir, Juz 1(Bairut: Dar al-Fikr, 1420 H),32

[5]Abu Hayyan al-Andalusi,al-Bahr al-Muhid fi Tafsir, 33

Comments

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete

Post a Comment