on
asbab nuzul
- Get link
- X
- Other Apps
Sebenarnya
berbicara mengenai awal surat al-Fatihah masih terdapat perbedaan pandangan di
kalangan ulama. Sebagian ulama menyatakan bahwa surat al-fatihah dimulai dengan bismillah
al-rahman al-rahim. Pendapat ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Imam
al-Syafi’i. [1]Sementara
ulama lainnya menganggap bahwa basmalah bukan bagian dari surah al-Fatihah. Sebagaimana yang dikatakan oleh madzab
Malikiyah dan Hanafiyah.[2]
Dalil-Dali dari masing-masing ulama tersebut dapat dilihat dalam kitab-kitab
fiqh dan tafsir ayat ahkam. Namun dalam posisi ini penulis menganut pendapat
pertama, yang menyatakan bahwa basmallah merupakan bagian dari surah
al-Fatihah. Oleh karena itu, dalam tulisan ini yang akan penulis gali tentang
penafsirannya adalah ayat :
الْحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ
Segala puji bagi
Allah Tuhan semesta Alam
Menurut Imam al-Baydhawi dalam kitab tafsirnya, kata al-Hamd
merupakan al-tsana’ ‘ala al-jamil al-ikhtiyar min nikmatin aw ghairih. Artinya, al-hamd menunjukan pujian yang
bagus yang tidak memandang apakah yang dipuji memberikan nikmat atau lainnya.
Hal ini berbeda dengan lafadz al-madhu yang hanya memuji karena aspek
kebaikan semata.[3]
Sebagaimana Imam al-Baydhawi, Imam Abu Hayyan dalam kitab al-Bahr
al-Muhid juga menyatakan bahwa al-hamdu adalah al-Tsana ‘ala al-jamil
min ni’mah aw ghairiha. Hanya saja Imam Abu Hayyan memberikan penekan bahwa
al-Hamd merupakan pujian yang diucapkan dalam lisan saja.[4]
Preposisi “al” dalam kata al-Hamd disebut dengan “al” istighraqy yang
berarti menghabiskan. Artinya, segala pujian yang ada di dunia ini mutlak milik
Allah. Dalam dunia pesantren biasanya dibagi menjadi empat: qadim ‘ala
qadim, qadim ‘ala huds, huds ‘ala qadim dan huds ‘ala huds semuanya
milik Allah swt. Sehingga tidak ada satupun yang berhak atas pujian tersebut
selain Allah. Seandainya-pun manusia dipuji, pada hakekatnya pujian tersebut
dilayangkan dan milik Allah semata.
Artinya sebagaimana manusia hendaknya sadar dan tidak haus akan pujian.
Sebab pada hakekatnya yang berhak dan pantas dipuji hanya Allah swt semata.
Selanjutnya tafsir kata “lillah”, huruf jer di awal kata Allah
menurut Imam Abu Hayyan memiliki beberapa makna, di antaranya :
a.
Li al-milk
b.
Li al-tamlik
c.
Li al-istihqaq
d.
Li al-nasb
e.
Li al-ta’lil
f.
Li al-tabligh
g.
Li al-ta’ajub
h.
Li al-tabyin
i.
Li al-shairurah
j.
Li al-dharfiyah bi ma’na fi, aw ‘indi aw ba’du
k.
Li al-intiha’
l.
Li isti’la’[5]
Artinya jika kita ambil makna lam untuk al-milk misalnya,
maka segala yang pujian yang ada di dunia ini adalah milik Allah swt semata.
Sedang penafsiran lafadz Allah dapat dilihat dalam artikel ini.
Berikutnya kata “rabb”, kata ini
menurut Imam Abu Hayyan dapat bermakna sayyid, maalik dan ma’bud. Adapun kata al-‘alamin dalam tafsir
Jalalayn memiliki makna Jami’ al-Khalqi atau seluruh makhluk baik dari
kalangan manusia, jin, malaikat, hewan dan lain sebagainya. Pada intinya segala
sesuatu selain Allah swt disebut sebagai ‘Alam.
Pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa pada hakikatnya segala puji
hanya milik Allah swt. Manusia tidak punya hak atas pujian tersebut. Seandainya
manusia dipuji atau memuji maka pada hakikatnya pujian tersebut hanya milik Allah
swt semata. Sebab yang mampu menyelipkan sifat terpuji yang menjadikan manusia
dipuji oleh orang lain hanya Allah swt. Serta yang menggerakan seseorang untuk
memuji orang lain juga hanya Allah. Dengan demikian, sebagai manusia hendaknya
selalu rendah hati, tidak haus akan pujian.
[1]Abu Bakr Muhammad bin Abdillah ibn ‘Arabi,
Ahkam al-Qur’an, Juz 1 (Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2003), 5
[2]Abu Bakr Muhammad bin Abdillah ibn ‘Arabi,
Ahkam al-Qur’an, 6
[3]Muhammad al-Syairazi al-Baydhawi, Anwar
al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil, Juz 1(Bairut: Dar al-Turats al-Araby, 1418 H),27
[4]Abu Hayyan al-Andalusi,al-Bahr al-Muhid
fi Tafsir, Juz 1(Bairut: Dar al-Fikr, 1420 H),32
[5]Abu Hayyan al-Andalusi,al-Bahr al-Muhid
fi Tafsir, 33
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete